Thursday, 14 November 2013

Sistem kumbahan Jakarta antara terburuk di Indonesia

Persatuan Tandas Indonesia menilai sistem kumbahan di Jakarta jauh dari sempurna dan merupakan sebuah bandaraya dengan sistem kumbahan yang terburuk di rantau ini walaupun sebagai sebuah ibu negara, Jakarta sepatutnya mempunyai sebuah sistem kumbahan yang baik dan tersendiri.

Sebagai perbandingan,  Presiden Persatuan Tandas Indonesia, Naning Adiwoso menjelaskan bahawa Jakarta telah ketinggalan berbanding Manila, Bangkok dan Kuala Lumpur.

Kawasan perumahan di bandaraya-bandaraya tersebut mempunyai sistem kumbahan menyeluruh dan air kumbahan dikelola dengan baik. Indonesia secara perbandingannya lebih baik dari Timor Leste dan Laos tetapi kalah dengan Cambodia.

"Memalukan. kita kalah dengan Cambodia dan Myanmar. Tempat ketiga terbawah di ASEAN. Sepatutnya ada penanda aras dari pemerintah pusat ke pemerintah wilayah" ujar Naning kepada Detik.com Sabtu lalu.

Jakarta juga kalah dengan beberapa bandaraya lain di dalam Indonesia sendiri seperti Denpasar di Bali , Solo di Jawa Tengah dan Banjarmasin di Kalimantan.



Foto : Detik

Rabu, 13/11/2013 15:46 WIB

Buruknya Sistem Sanitasi Jakarta

Jakarta Kota Terburuk di Tanah Air


Hardani Triyoga - detikNews

Jakarta - Asosiasi Toilet Indonesia menilai sistem sanitasi di Jakarta masih jauh dari ideal dan merupakan salah satu kota terburuk di Tanah Air dalam pengelolaan air limbah. Padahal, mengacu status ibu kota negara seharusnya Jakarta punya sistem pembuangan limbah yang mandiri.

Presiden Asosiasi Toilet Indonesia Naning Adiwoso juga membandingkan dengan kota-kota besar di wilayah Asia Tenggara, bahwa Jakarta jauh tertinggal dari Manila, Bangkok, hingga Kualalumpur. 


Menurutnya, permukiman rumah di kota-kota tersebut memiliki sistem sanitasi menyeluruh dengan instalasi pengelolaan air limbah yang baik. Dalam ukuran negara, Indonesia unggul dari Laos dan Timor Leste namun kalah dari Kamboja dalam pengelolaan sanitasi. 


“Sangat memprihatinkan. Sama Kamboja, Myanmar kita juga kalah. Posisi tiga terbawah di ASEAN ini. Harusnya ada parameter dari pusat ke daerah,” kata Naning kepada detikcom, Sabtu lalu.

Dia menegaskan perlu waktu lama untuk membenahi sistem sanitasi di Jakarta. Bahkan, masih sulit kalau persoalan permukiman padat akibat urbanisasi tidak berkurang. Selama ini, sistem sanitasi sudah terlanjur "rusak" dan salah. Tapi, tetap dibiarkan dan semakin melebar salah satunya karena warga tidak tahu menerapkan sistem sanitasi yang baik.

Misalnya, penempatan dan standar pembangunan septic tank yang belum memenuhi syarat aturan. “Harus ada parameter bikin septic tank yang benar bagaimana. Desain benar, parameter benar diikutin warga. Ini sudah salah. Penempatan setic tank ngaco,” ujarnya.

Naning menambahkan harus ada komitmen dari pemerintah bila ingin membenahi sistem sanitasi Jakarta yang sudah terlanjur parah. Sekadar contoh, ia menjelaskan seperti penempatan toilet umum yang bersih dan nyaman.

Selama ini, Jakarta hanya mengandalkan stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) yang punya fasilitas toilet. "Tanpa SPBU, bisa dibayangkan sulitnya warga mencari toilet bersih," tegasnya. 


Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) juga mencatat buruknya sistem pelayanan pengelolaan limbah di Jakarta. Direktur Perumahan dan Pemukiman Bappenas Tri Nugroho Utomo mengatakan sistem sanitasi di Jakarta sebagai ibu kota negara seharusnya sejajar dengan kota seperti Kualalumpur, Malaysia atau Manila, Filipina.


Tapi kenyataannya, Jakarta masih tertinggal dibandingkan kota-kota lain di dalam negeri seperti Denpasar, Banjarmasin, dan Solo. “Jakarta masuk 11 kota yang punya IPAL (instalasi pengelolaan air limbah). Tapi, masih rendah karena tidak menyeluruh dan belum ideal,” kata Nugroho ketika ditemui detikcom, Senin (11/11).

No comments: